Agus Supriyanto lahir di Batang pada 28 Juli 1982. Sejak kecil, ia sudah menunjukkan minat besar pada dunia literasi dan pendidikan. Ketertarikannya terhadap buku dan cerita membawanya pada perjalanan luar biasa dalam memperkaya wawasan dan memberikan kontribusi besar bagi desanya.
Perjalanan Karier dan Dedikasi
Setelah menyelesaikan pendidikan formalnya, Agus memutuskan untuk mengabdikan dirinya pada pengembangan literasi masyarakat melalui toko sinjab. Sebagai seorang pedagang buku, ia memiliki akses luas terhadap berbagai literatur. Buku-buku yang ia dapatkan tidak hanya dijual, tetapi juga menjadi bagian dari koleksi Perpustakaan Desa Candiareng, yang kemudian ia kelola dengan penuh dedikasi.
Sebagai kepala perpustakaan, Agus tidak hanya fokus pada pengelolaan koleksi buku. Ia juga menciptakan berbagai kegiatan yang melibatkan masyarakat, seperti kirab merah putih, lomba cerdas cermat, kelas budaya, bahasa, matematika dan masih banyak kegiatan lain. Agus Supriyanto juga dikenal melalui penulisan buku “Wajah Desa Candiareng.” Buku ini mendokumentasikan sejarah desa melalui foto-foto dan penjelasan singkat yang memberikan gambaran tentang perjalanan desa dari masa ke masa. Buku ini menjadi rujukan penting dalam memahami sejarah lokal dan memperkuat identitas budaya desa.
Membangun Perpustakaan sebagai Pusat Literasi
Di bawah kepemimpinannya, Perpustakaan Desa Candiareng berkembang menjadi pusat literasi yang aktif.. Visi Agus adalah menjadikan perpustakaan ini sebagai laboratorium ilmu pengetahuan, sebuah tempat yang tidak hanya menyediakan buku, tetapi juga ruang untuk belajar, berdiskusi, dan berkreasi.
Dengan semangatnya yang tak pernah surut, Agus Supriyanto berharap perpustakaan yang ia kelola dapat terus berkembang dan menjadi inspirasi bagi desa-desa lain di Indonesia. Baginya, literasi adalah kunci utama untuk membuka peluang dan memperbaiki kualitas hidup masyarakat.
Babak Akhir yang Menginspirasi
Pada penghujung tahun 2024, perjalanan hidup Agus Supriyanto mencapai sebuah babak akhir yang menggetarkan hati. Di tengah dedikasi dan perjuangannya untuk literasi, Agus dipanggil oleh Sang Maha Kuasa, meninggalkan warisan tak ternilai bagi masyarakat Desa Candiareng.
Kepergian Agus Supriyanto menjadi momen duka mendalam bagi desa yang telah ia cintai dan bangun dengan sepenuh hati. Sosoknya yang penuh semangat dan visi besar akan selalu dikenang, terutama oleh mereka yang pernah disentuh oleh kerja keras dan pengabdiannya. Perpustakaan Desa Candiareng, yang kini menjadi pusat literasi yang aktif, menjadi simbol nyata dari perjuangannya untuk mencerdaskan masyarakat.
Meski telah tiada, semangat Agus terus hidup melalui karya-karyanya, buku “Wajah Desa Candiareng”, dan kegiatan literasi yang ia inisiasi. Generasi muda Desa Candiareng berkomitmen melanjutkan visi dan misinya, menjadikan perpustakaan sebagai tempat yang terus memberikan manfaat bagi banyak orang.
Agus Supriyanto adalah bukti nyata bahwa dedikasi terhadap literasi dapat membawa perubahan besar. Melalui upayanya, ia tidak hanya melestarikan sejarah Desa Candiareng, tetapi juga membangun masa depan yang lebih cerah bagi masyarakat desanya.